MAKALAH SOFTSKILL SISTEM CERDAS “SIDIK JARI PADA SMARTPHONE”
NAMA KELOMPOK = RAHMAT WIJAYA NOYA
= MOCH.SEAN ALRENZHA
= SANDI ALIAN DARMAWAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
TAHUN AJARAN 2017/2018
Pengertian Sidik Jari
Sidik jari adalah hasil reproduksi tapak jari baik yang sengaja diambil, dicapkan dengan tinta, maupun bekas yang ditinggalkan pada benda karena pernah tersentuh kulit telapak tangan atau kaki. Kulit telapak adalah kulit pada bagian telapak tangan mulai dari pangkal pergelangan sampai kesemua ujung jari, dan kulit bagian dari telapak kaki mulai dari tumit sampai ke ujung jari yang mana pada daerah tersebut terdapat garis halus menonjol yang keluar satu sama lain yang dipisahkan oleh celah atau alur yang membentuk struktur tertentu.
Sejarah
Ilmu Sidik Jari di Indonesia
Gustav Poppeck lahir di kota kecil Gelsen Kirchen
tahun 1892. Di usia yang ke 21 tahun (1903) Gustav Poppeck mendaftarkan diri
sebagai tentara dan dikirim ke China yang merupakan negara koloni Jerman yang
saat itu berada dibawah pemerintahan Presiden Paul Von Hindenburg. Berbagai
bintang jasa diterimanya selama bertugas di China dalam masa PD I (1914 -
1918). Sebelum kembali ke Jerman, para tentara Jerman diberi kesempatan untuk cuti
ke Jepang. Di Jepang, Gustav Poppeck membaca sebuah poster besar di halaman
Kedutaan Besar Belanda yang mencari tenaga untuk dipekerjakan sebagai polisi di
Hindia Belanda (Indonesia). Gustav Poppeck yang membenci sosok Hitler yang saat
itu berkuasa di negeri kelahirannya, Jerman langsung mendaftarkan diri dan
diterima. Gustav Poppeck dikirim ke Batavia dan masuk pendidikan polisi di
Sukabumi dan kemudian dikirim ke Makassar dan ditempatkan di bagian Kriminal,
bidang daktiloskopi atau sidikjari. Pada penjajahan Jepang, Gustav Poppeck
dipindahkan ke bagian logistik karena bidang daktiloskopi diambil alih oleh
Jepang.
Akhir tahun 1950 Gustav Poppeck yang sudah pindah
menjadi warganegara Belanda sejak tahun 1932 karena alasan keamanan masa itu
dipensiunkan oleh pemerintahan Indonesia karena bukan bangsa Indonesia. Gustav
Poppeck bersama istrinya Sara Elizabeth Font yang berkebangsaan Indonesia
(ibu : Manado, ayah: Spanyol) di"pulangkan" ke negeri Belanda
akhir tahun 1950. Pada awal tahun 1952 Gustav Poppeck kembali ke Indonesia dan
atas pilihan dan kecintaannya pada Indonesia menjadi warganegara Indonesia.
Menetap di Jakarta dan diminta untuk menjadi asisten Jaksa Agung Meester
Suprapto dan pada usianya yang ke 72 tahun Gustav Poppeck mengundurkan diri
karena mengalami gagal operasi pada kedua matanya. Gustav Poppeck dan Sara
Elizabeth Font dikaruniakan dua anak: penyanyi seriosa legendaris Indonesia
Rose Pandanwangi dan Frits Sariako Poppeck. Gustav Poppeck meninggal pada
Februari 1966, di usia ke 74 tahun dimakamkan di pemakaman Menteng Pulo dan
tahun bulan Juli tahun 2005 bersama dengan Sarah Poppeck Font dan menantunya
pelukis maestro Indonesia S. Sudjojono dipindahkan ke Pemakaman Pondok Rangon,
Cibubur, Jawa Barat. (Sumber: Rose Pandanwangi, putri Gustav Poppeck, ditulis
oleh Wicky S, cucu Gustav Poppeck) .
Fungsi
Sidik Jari
Fungsinya adalah untuk memberi gaya gesek lebih besar agar
jari dapat memegang benda-benda lebih erat. Sidik jari manusia digunakan untuk
keperluan identifikasi karena tidak ada dua manusia yang memiliki sidik jari
persis sama. Hal ini mulai dilakukan pada akhir abad ke-19. Seiring perkembangan
zaman pada abad ke 20 ini, Sidik jari sudah di kembangkan ke arah security
system yang berfungsi sebagai data keamanan. Sebagai contoh mesin absensi sidik jari dan akses kontrol pintu.
Pola
Dasar Sidik Jari
Pola sidik jari selalu ada dalam setiap tangan dan
bersifat permanen. Dalam artian, dari bayi hingga dewasa pola itu tidak akan
berubah sebagaimana garis tangan. Setiap jari pun memiliki pola sidik jari
berbeda. Ada empat pola dasar Dermatoglyphic tentang sidik jari yang perlu
diketahui, yakni Whorl atau Swirl, Arch, Loop, dan Triradius. Selain itu
hanyalah variasi dari kombinasi keempat pola ini.
Setiap orang mungkin saja memiliki Whorl, Arch, atau
Loop di setiap ujung jari (sidik jari) yang berbeda, mungkin sebuah Triradius
pada gunung dari Luna dan di bawah setiap jari, dan kebanyakan orang ada juga
yang mempunyai dua Whorl atau Loop di tangan lainnya. Pola-pola dapat juga
ditemukan pada ruas kedua dan ketiga di setiap jari.
1. Whorl Whorl bisa berbentuk sebuah Spiral,
Bulls-eye, atau Double Loop. Whorl adalah titik-titik menonjol dan kontras, dan
bisa dilihat dengan mudah. Cetakan Spiral dan Bulls-eye adalah persis sebangun
dalam interpretasinya, namun yang kedua memberikan sedikit lebih banyak fokus.
2. Arch Pola ini bisa terlihat sebagai sebuah Flat
Arch, atau Tented Arch. Perhatikan setiap pola Arch menaik sangat tinggi.
3. Loop Loop dapat menaik ke arah ujung jari, atau
menjatuh ke arah pergelangan tangan. Common Loop bergerak ke arah ibu jari,
sementara Radial Loop (Loop terbalik) bergerak mengarahkan ujung pemukulnya ke
sisi lengan.
a. Loop Umum (Common Loop) Tipe paling umum dari
sidik jari adalah Common Loop. Cetakan ini mengungkap kemampuan untuk
menggunakan berbagai ide dari berbagai sumber ide, dan mencampurnya dengan gaya
yang unik.
b. Loop Memusat (Radial Loop) Sebuah cetakan menukik
yang memasuki dan berangkat dari sisi ibu jari tangan disebut Radial Loop
(kadang-kadang disebut Reverse Loop, atau Inventor Loop). Jika Common Loop
menunjukkan campuran gaya-gaya lain, Radial Loop mengungkapkan kemampuan untuk
menciptakan sebuah gaya atau sistem yang sama sekali baru.
c. Double Loop Double Loop kebanyakan disalahpahami
oleh hampir semua penandaan Dermatoglyphic. Pada umumnya, menginterpretasikan
Double Loop sama seperti dengan Whorl.
4. Triradius Triradius (juga disebut “Delta”) dapat
digunakan untuk menunjuk dengan tepat pusat dari setiap gunung. Gunung-gunung
itu kemudian bisa dilihat sebagai terpusat, kecenderungan, atau berpindah
SIDIK
JARI PADA LAYAR SMARTPHONE
membuka smartphone cukup dengan menyentuh
area layar yang ditujukan untuk membaca sidik jari. Prosesnya pun mudah
dan sederhana. Kami hanya perlu mendaftarkan sidik jari yang ingin digunakan
pada perangkat, lalu memakainya untuk membuka layar. Namun dalam beberapa
kesempatan, perangkat membutuhkan waktu cukup lama untuk membaca sidik jari
kami.
Pada kesempatan lain, kami juga menyaksikan
demonstrasi pemindai sidik jari yang diletakkan di bagian belakang bodi. Sama
seperti pemindai sidik jari pada layar, ada area yang memang didesain khusus
untuk membaca sidik jari. teknologi pemindai sidik jari atau fingerprint
recognitionsebenarnya sudah jamak digunakan sebagai "benteng
pertahanan" data-data penting. Sistem keamanan ini tidak mudah dibobol,
karena tak ada manusia memiliki pola sidik jari sama. Wajar saja, banyak
produk smartphone mulai mengaplikasikan
fitur fingerprint sebagai kode akses mengaktifkan ponsel. Berbeda
dengan sistem angka atau pattern, orang tak bisa meniru sidik jari. Sebenarnya,
jauh sebelum ramai disematkan pada ponsel pintar, teknologi fingerprint dikembangkan
pertama kali untuk kepentingan Biro Penyelidik Federal (FBI) di Amerika
Serikat.
Pada 1969 FBI bekerja sama dengan Institut Nasional
Standar dan Teknologi (NIST) membuat sistem identifikasi berbasis sidik jari.
Enam tahun kemudian, protitipe pertama pun dipamerkan institusi tersebut.
SISTEM
MEMBACA POLA PADA SMARTHONE
fingerprint bekerja dengan
"merekam" sidik jari seseorang, lalu menyimpan pola khasnya.
Identifikasi dilakukan dengan mencocokkan data yang telah tersimpan tersebut.
Jika dinyatakan sama, akses otomatis terbuka. Sidik jari terdiri dari banyak
garis menonjol yang cenderung melingkar-lingkar. Hal ini bisa terlihat jelas,
salah satunya ketika kita membuat cap jari menggunakan tinta untuk surat-surat
resmi. satu sidik jari saja memiliki banyak pola rumit. Jika semua pola ini
digunakan, proses identifikasi sidik jari akan memakan waktu terlalu lama.
Sebaliknya, jika pola yang diambil terlalu sederhana, kemungkinan pemindaian
kurang akurat.
Sebagai solusi, mesin pemindai hanya menangkap dan
menyimpan tiga jenis pola pada guratan sidik jari. Pola diambil dari bagian
yang pada hasil cap jari tintanya terlihat lebih tebal.
Pola itu di antaranya, ujung garis (ridge ending),
garis bercabang (bifurcation), dan garis pendek menyerupai titik (short ridge).
Tiga detail pada sidik jari ini tak pernah ditemui sama pada manusia.
Cara kerjanya mirip mesin fotocopy.
Jari diletakkan di atas sebuah scanner—biasanya
berbahan kaca. Lalu, dari bawah scanner, pemancar cahaya menerangi
permukaan ujung jari. Pantulan cahaya kemudian ditangkap alat penerima sehingga
foto sidik jari pun didapat.
Sayangnya, teknik ini memiliki beberapa kekurangan.
Pola sidik jari yang didapat sangat bergantung pada kondisi kulit telapak jari.
Jika jari kotor atau kulit sedang terkelupas, misalnya, pemindai bisa saja
gagal mengenali sidik jari.
Akibat kekurangan tersebut, ponsel pintar lebih
memilih menggunakan sensor ultrasonik atau kapasitans (capacitive). Sensor
ultrasonik, sesuai namanya, memanfaatkan gelombang ketika memindai sidik jari
seperti pada ultrasonografi (USG) yang kerap digunakan untuk keperluan medis.
Hasil pemindaian sidik jari dengan sensor tersebut
sudah berkualitis tiga dimensi (3D) sehingga kemungkinan pemalsuan lebih
rendah. Identifikasi menggunakan sensor ultrasonik juga tak bergantung pada
kualitas kulit jari.
Kapasitor menyimpan muatan listrik yang disambungkan
dengan piringan konduktif pada layar smartphone sehingga bisa
digunakan melacak detail sidik jari.
Muatan listrik pada kapasitor akan sedikit berubah
saat bagian garis menonjol pada sidik jari ditempelkan pada piringan konduktif.
Sementara itu, antar sela garis yang menonjol hampir tidak berpengaruh terhadap
kapasitor. Dari sini, citra sidik jari pun didapat.
Berdasarkan penjelasan di atas, proses identifikasi fingerprint memang
terlihat lebih rumit dibanding kode angka atau pattern. Tapi, sistem ini
sangat memudahkan pengguna smartphone. Tak perlu mengingat kode, pengguna
cukup menempelkan jari dan akses smartphone pun terbuka.
Wajar, permintaan ponsel pintar yang dilengkapi
fitur tersebut makin merajalela. Produsen ponsel pun semakin bersemangat
menempelkan teknologi fingerprint pada produk mereka.
Lembaga peneliti pasar elektronik, HIS Technology,
menyatakan tahun 2015 produksi sensor fingerprint untuk ponsel, tablet,
dan notebookterus meningkat dari 316 juta unit pada 2014 menjadi 499 juta.
Jumlah ini diperkirakan meningkat menjadi 1,6 miliar unit tahun 2020.
Sumber
Referensi
0 komentar: